Diskusi dan Pemutan Film Palontara, Wakil Rektor II: Budaya Wajib Diseminasi
IAIN Palopo, Humas – Wakil Rektor II Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo Dr Masruddin SS Mhum menjadi narasumber dari akademisi dalam pemutaran dan diskusi film dokumenter budaya seorang Palontara “Andi Oddang To Sessungriu: Kisah Penyalin Ilmu Bertahan di Tengah Era Digital” Sabtu, 20 Januari 2024 malam di Rumah Jema.
Kegiatan tersebut dihadiri langsung sutradaranya Andi Musran dan pemain dalam film yaitu Andi Oddang To Sessungriu (Opu Oddang). Kegiatan ini diinisiasi Palopo Urban Forum dan Jema Community Space.
Kisah singkat film dokumneter itu menceritakan seorang bernama Andi Oddang To Sessungriu memilih jalan hidup menjadi seorang Palontara. Meneruskan tradisi di keluarganya untuk menyalin dan menulis aksara lontara bugis. Kerja-kerja yang semakin langka dan tidak populer di tengah era digital sekarang.
Wakil Rektor II IAIN Palopo Dr Masruddin menilai, film seperti ini sangat bagus karena salah satu cara diseminasi agar diketahui generasi milenial saat ini yang mulai meninggalkan dan tidak mengetahui budayanya.
Menurut Masruddin, mendiseminasi budaya adalah tantangan bagi kita saat, mulai hilangnya jejak-jejak budaya kita.
“Film dokumenter palontara ini sangat luar biasa karena memberi pengetahuin luar biasa tentang budaya palontara. Memberi kita free fresh banyak hal tentang bagaimana seseorang palontara, mulai tradisinya dan cara hidupnya” ucap Masruddin setelah menyaksikan film.
Andi Musran sebagai sutradara menjelaskan cikal bakal ia menggrap film ini, dimulai dari pertemuannya dengan opu oddang, yang awalnya hanya berdiskusi biasa, dari diskusi-diskusi itu kemudian ia terdorongan untuk mendokumentasikannya.
“Agar orang tau bahwa ada tradisi menulis lontara yang dilakukan turun temurun dan memegang teguh tradisi itu” ucap Om Uccang sapaan akrabnya.
Awalnya ia hanya ingin merekam beberapa aktivitas opu Oddang, tapi karena ada moment yang pas ia akhirnya membuat film dokumnter itu yang berdurasi sejam lebih.
“Saya ingin pengetahuan ini terdistribusi ke lebih banyak khakayak. Utamnya ke generasi muda, untuk itulah saya kira media film dokumenter sangat pas karena saya liat generasi musda saat ini lebih tertarik dan betah pada film” imbuh pria domisili di Parepare itu.
Opu Oddang sebagai Penulis Lontara Bugis (Palontara) berharap, lontara bisa kita jaga dengan cara-cara saat ini, dengan menulinya ke dalam buku atau mem-pdfkan-nya.
Menurutnya awal kehancuran jati diri satu bangsa dimulai dari hilangnya bahasa, “Misalnya, jika budaya atau bahasa wotu itu punah, maka yang salah bukan orang Palopo yang di luar wotu, tapi yang salah adalah orang wotu itu sendiri” ucap Opu Oddang. (jn)