Palopo – Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan (AUPK) Universitas Islam Negeri (UIN) Palopo, Dr Masruddin SS MHum, yang juga menjabat sebagai Koordinator Bidang Pengembangan Asosiasi Linguistik Terapan Indonesia (ALTI) Cabang Palopo, menjadi salah satu narasumber dalam kegiatan Webinar ALTI Bulan Bahasa 2025, Kamis (30/10/2025) kemarin.
Kegiatan yang digelar secara daring melalui platform zoom meeting ini mengusung tema “Revitalisasi Bahasa Daerah di Era Global.” Webinar dibuka oleh Presiden ALTI periode 2024–2027, Dr Meinarni Susilowati MEd, yang dalam sambutannya juga melantik pengurus ALTI Cabang Makassar.
Selain Dr Masruddin, juga bertindak selaku narasumber, yakni Dr Katubi MHum yang merupakan Kepala Pusat Riset Preservasi Bahasa dan Sastra-BRIN.
Dalam materinya yang berjudul “Bahasa Wotu: Warisan Budaya Indonesia yang Terancam Punah,” Masruddin mengawali pemaparannya dengan menjelaskan bahwa bahasa Wotu merupakan salah satu bahasa minoritas yang telah berusia ratusan tahun dan berasal dari Kabupaten Luwu Timur di Sulawesi Selatan.
“Bahasa Wotu adalah bahasa minoritas yang kini berada dalam kondisi krisis. Diperlukan tindakan preservasi strategis melalui pendekatan holistik dan inovasi digital agar bahasa ini tetap hidup di tengah arus globalisasi,” ujar Masruddin.

Ia juga memaparkan secara rinci konteks sosial dan identitas masyarakat Wotu, termasuk letak geografis dan karakteristik komunitas penuturnya. Bahasa Wotu, menurutnya, memiliki peran penting sebagai medium transmisi budaya, tradisi, serta sistem pengetahuan antar generasi di komunitas tersebut.
Data yang dipaparkan menunjukkan bahwa jumlah penutur aktif bahasa Wotu kini hanya sekitar 5.000 orang, terdiri dari 150 keluarga aktif, dengan rata-rata usia penutur aktif sekitar 50 tahun. Kondisi ini memperlihatkan adanya pergeseran bahasa yang signifikan, di mana sebagian besar penutur mulai beralih menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Bugis.
“Domain keluarga hanya sekitar 29,5 persen yang masih menggunakan bahasa Wotu. Sementara generasi muda menghadapi krisis transmisi bahasa akibat faktor usia, tempat tinggal, sikap bahasa dan kedwibahasaan,” jelas lagi.
Sebagai solusi, Masruddin menjelaskan upaya revitalisasi berbasis komunitas yang telah di lakukan. Ia menjelaskan sejumlah langkah strategis yang tengah dan akan dilakukan, seperti digitalisasi dokumentasi bahasa dan pembelajaran berbasis teknologi, pengembangan ekonomi kreatif berbahasa Wotu, serta integrasi bahasa lokal dalam sektor kreatif.
Ia juga memaparkan rencana penguatan melalui model bisnis preservasi bahasa yang mencakup pendidikan dan pelatihan, riset dan inovasi, serta distribusi dan pemasaran produk berbasis bahasa Wotu.
Penulis : Nur Azizah
Penyunting : Reski Azis
        
            


